Minggu, 13 Februari 2022

EKONOMI SULSEL

 

PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN:

BERSELANCAR DI TENGAH PANDEMI

 

AGUSSALIM

Dosen FEB-UNHAS dan Tenaga Ahli TGUPP Sulsel 


 

Setelah mengalami kontraksi yang cukup dalam di tahun 2020 akibat terjangan wabah Covid-19, perekonomian Sulawesi Selatan telah menunjukkan inflection point di tahun 2021. Sinyal terjadinya pemulihan ekonomi sebenarnya sudah dimulai sejak Triwulan Kedua 2021 ketika ekonomi tumbuh positif 7,67 persen. Dua triwulan berikutnya, perekonomian terus bertumbuh positif. Bahkan di triwulan terakhir 2021, ekonomi tumbuh sangat impresif di angka 7,89 persen (y-on-y), yang merupakan pertumbuhan triwulanan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Secara umum, situasi ekonomi tampak semakin membaik, setidaknya jika dibandingkan dengan fase awal munculnya wabah.

Dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini (7 Februari 2022), perekonomian Sulawesi Selatan tumbuh 4,65 persen sepanjang tahun 2021 (y-on-y), jauh di atas pertumbuhan ekonomi Nasional (3,69%), dan menempatkan Sulawesi Selatan pada peringkat ketujuh sebagai daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi secara Nasional. 

Membaiknya perekonomian Sulawesi Selatan ditopong oleh kinerja sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tetap tumbuh stabil di tengah pandemi. Sektor ini bahkan tetap menunjukkan kinerja yang mengesankan sepanjang berlangsungnya pandemi. Di tahun 2021, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 6,40 persen dan telah menjadi mesin utama pertumbuhan (engine of growth).  Hasil ini tampaknya konsisten dengan kebijakan pemerintah Sulawesi Selatan yang sungguh-sungguh memberi perhatian terhadap sektor ini karena didasari atas sebuah bukti bahwa sektor ini tidak rentan terhadap pandemi (setidaknya jika dibandingkan dengan sektor lain) dan dapat diandalkan menjadi penyanggah perekonomian di masa resesi ekonomi. Dalam catatan BPS, membaiknya kinerja sektor pertanian, kehutanan dan perikanan akibat terjadinya peningkatan produksi komoditas padi dan rumput laut.

Selain sektor pertanian, sektor ekonomi lainnya yang selama ini menjadi penopang utama perekonomian Sulawesi Selatan, juga kembali ke jalur positif. Sektor perdagangan yang sempat terpukul akibat pembatasan aktifitas ekonomi, mulai menggeliat kembali dengan mencatat pertumbuhan 6,50 persen (y-on-y). Untuk diketahui, sektor perdagangan merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Selatan, setelah sektor pertanian. Begitu pula dengan sektor konstruksi dan industri pengolahan, juga telah menunjukkan turning point, yang masing-masing mencatat pertumbuhan 4,14 persen dan 3,02 persen. Sektor transportasi dan sektor akomodasi yang paling menderita akibat pandemi, juga mulai menunjukkan sinyal positif, meskipun belum kembali ke posisi sebelum pandemi. Kedua sektor ini telah tumbuh positif masing-masing 5,17 persen dan 2,96 persen dari tahun sebelumnya.

Di sisi pengeluaran, semua komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga menunjukkan koreksi positif, kecuali konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT). Kinerja yang paling impresif tentu saja pada ekspor yang tumbuh 19,95 persen dan mencatat nilai USD 1.438,60 Juta, lebih tinggi dibandingkan sebelum adanya wabah. Komoditas nikel, rumput laut, besi dan baja, serta garam, belerang dan kapur menjadi penopang kinerja ekspor di masa pandemi. Namun sumber pertumbuhan utama justru berasal dari investasi (PMTB) yang menyumbang 1,97 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Ini dimungkinkan karena besarnya share investasi terhadap PDRB (mencapai 39,04%) dan juga karena investasi bertumbuh cukup kuat (5,06%) di tahun 2021. Meningkatnya investasi menjadi penanda membaiknya situasi perekonomian.

Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah juga mengalami peningkatan, setelah tahun sebelumnya mengalami kontraksi. Meningkatnya konsumsi rumah tangga, selain dipicu oleh meningkatnya pendapatan masyarakat secara umum, juga karena terjaganya daya beli masyarakat akibat inflasi yang terkendali. Peningkatan konsumsi rumah tangga terjadi pada hampir semua jenis pengeluaran. Sedangkan meningkatnya konsumsi pemerintah disebabkan oleh bertambahnya kapasitas fiskal pemerintah Sulawesi Selatan akibat meningkatnya penerimaan pajak daerah. 

Meskipun Pandemi Covid-19 masih akan tetap berlanjut di tahun 2022, namun perekonomian Sulawesi Selatan diperkirakan akan terus menguat, bukan hanya karena aktivitas ekonomi dan sosial yang sudah relatif lebih longgar, akan tetapi juga karena membaiknya kemampuan pemerintah daerah dalam menangani pandemi Covid-19, termasuk mengelola dampak yang ditimbulkannya. Kegiatan vaksinasi yang sudah dijalankan oleh pemerintah secara luas dan intens, juga menjadi variabel penting yang mendukung percepatan proses pemulihan ekonomi. 

Saat ini dan ke depan, penanganan pandemi Covid-19 tampaknya tidak lagi berbasis pada pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), tetapi pada upaya mendorong kepatuhan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mengurangi kerumunan, serta membatasi mobilitas dan interaksi, yang dikenal dengan Gerakan 5M. Selain itu, pemerintah juga secara intensif terus mensosialisasikan dan mendorong penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal). Kesemuanya ini dapat dianggap sebagai faktor yang dapat melonggarkan mobilitas sosial yang diperlukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi. 

Jika diamati lebih jauh, indikasi mulai pulihnya aktivitas ekonomi tercermin dari beberapa parameter, diantaranya meningkatnya jumlah penumpang yang menggunakan alat transportasi darat, laut dan udara; meningkatnya tingkat hunian hotel; dan meningkatnya jumlah kunjungan ke pusat-pusat perdagangan dan aktifitas ekonomi (mall dan pusat pembelanjaan, pasar modern dan pasar tradisional, restoran dan rumah makan, dll.). Google community mobility report juga menunjukkan adanya peningkatan mobilitas warga di berbagai tempat, seperti pemukiman, perkantoran, pusat perdagangan, tempat rekreasi, dll. Perbaikan secara bertahap pada berbagai indikator tersebut diperkirakan akan menjadi penopang bagi keberlanjutan pemulihan ekonomi Sulawesi Selatan di tahun mendatang.

Terlepas dari semua itu, pemerintah daerah tetap perlu mengantisipasi munculnya berbagai varian baru Covid-19 dengan kebijakan penanganan yang tepat. Pemerintah daerah harus terus mendisiplinkan warga untuk tetap patuh pada protokol kesehatan dalam menjalankan aktivitas sosial dan ekonomi, sambil terus mempeluas cakupan vaksinasi untuk mewujudkan herd immunity. Hanya dengan upaya itu, perekonomian Sulawesi Selatan bisa berselancar di tengah Pandemi Covid-19.

Makassar, 7 Februari 2022

0 comments:

Posting Komentar