Senin, 05 Oktober 2015
Riset untuk Pengembangan Ekonomi
21.15
Ekonomi
RISET
UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI
Agussalim
Tantangan utama kita ke depan, bukan
lagi semata-mata bagaimana menghasilkan riset dan penelitian yang berkualitas,
atau memproduksi kajian dan penelitian yang sesuai dengan tuntutan zaman,
tetapi yang jauh penting adalah bagaimana memastikan agar hasil-hasil
penelitian tersebut benar-benar menjadi input penting bagi perumusan kebijakan.
Bagaimana memastikan agar hasil-hasil penelitian tersebut tidak berhenti di
sekedar publikasi, misalnya jurnal ilmiah, tetapi benar-benar mampu
mempengaruhi para pengambil kebijakan dalam merumuskan agenda-agenda
pembangunan. Idealnya, penelitian harus berkontribusi terhadap perwujudan evidence based policy making.
Namun faktanya, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga
penelitian yang menghasilkan produk-produk pengetahuan (misalnya dalam bentuk laporan
penelitian, jurnal ilmiah, policy brief,
working paper, position paper, dsb.) seringkali tidak memiliki cukup energi untuk
mendesakkan hasil-hasil penelitian mereka kepada para pengambil kebijakan. Universitas
dan lembaga-lembaga riset juga seringkali tidak memliki mekanisme yang memadai
untuk mempengaruhi secara signifikan perumusan dan penerapan kebijakan.
Akibatnya, tidak sedikit hasil penelitian hanya tinggal berdebu di rak-rak buku
dan membusuk di hard-disc komputer.
Pada titik ini, tampaknya kita perlu
mendorong lahir dan berkembangnya lembaga-lembaga yang menjalankan misi intermediary, yang berfungsi untuk menjembatani
antara pihak penghasil produk-produk pengetahuan dengan pihak pengambil
kebijakan. Untuk konteks Kawasan Timur Indonesia (KTI), kita perlu memperbanyak
lembaga-lembaga seperti Yayasan BaKTI, sebuah organisasi nirlaba, yang terus
bekerja untuk mendorong kemajuan di KTI dengan mempengaruhi perumusan kebijakan
pembangunan di berbagai level pemerintahan dan menfasilitasi pertemuan
multi-pihak
Dari sisi produksi hasil riset, kita
juga harus mengakui bahwa riset-riset yang dikembangkan selama ini belum banyak
diarahkan untuk mendukung dan memperkuat dunia usaha. Padahal, amat sulit
mengharapkan berkembangnya knowledge
based economy tanpa memberi
dukungan signifikan terhadap sektor privat (dunia usaha). Tantangan utama yang
dihadapi dunia usaha bukan hanya terletak di sisi produksi (seperti, masalah efisiensi,
produktivitas, daya saing, dsb.) tetapi juga di sisi distribusi (seperti,
masalah biaya transportasi dan logistik yang mahal).
Oleh karena itu, dalam perspektif
pengembangan knowledge based economy, kegiatan riset harus memiliki
spektrum yang lebih luas: mendukung perumusan kebijakan di sektor pemerintah
dan mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas, dan daya saing di sektor
privat (dunia usaha). Dengan demikian, harus tercipta relasi dan kolaborasi yang
kuat antara pihak universitas dan
lembaga riset (sebagai penghasil produk-produk pengetahuan), pihak pemerintah (sebagai pengambil dan
penentu kebijakan), dan pihak dunia
usaha (sebagai penghasil produk barang dan jasa).
Untuk mendukung upaya tersebut, riset
tentang potensi pengembangan knowledge based
economy perlu segera dilakukan. Riset semacam ini penting karena
perekonomian kita sulit bergerak dan bertumbuh ke level yang lebih tinggi hanya
dengan mengandalkan resource based
economy. Saat ini perekonomian kita telah berada pada fase middle income countries, dan akan tetap
berada atau terperangkap di fase itu, jika perekonomian kita terus bertumpu
pada resource based economy. Bagi
perekonomian modern, knowledge based
economy menjadi sebuah keniscayaan.
Ini merupakan tantangan bagi universitas
dan lembaga riset untuk memberi dukungan terhadap pengembangan knowledge based economy melalui
riset-riset berkualitas dan kemudian mengadvokasikannya kepada pihak pemerintah
dan dunia usaha. Dialog kebijakan yang bersifat trigonal antara
universitas/lembaga riset, pemerintah, dan dunia usaha juga perlu
diintensifikan untuk menyiapkan kerangka implementasi kebijakan yang bersifat performance based.
Ke depan, prioritas riset yang perlu
dilakukan secara intens di masa depan oleh pihak universitas dan lembaga riset,
antara lain:
Pertama, kajian tentang peningkatan daya saing produk terutama
dikaitkan dengan rendahnya kandungan teknologi dan mahalnya biaya logistik.
Mahalnya biaya logistik di Indonesia sudah menjadi masalah klasik sejak lama
tanpa upaya penyelesaian yang berarti. Masalah ini perlu segera dipecahkan
mengingat kita akan segera menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir
tahun ini. Kecenderungan perekonomian global yang semakin kompetitif juga
menuntut peningkatan daya saing produk secara paralel.
Kedua, riset tentang pengembangan ekonomi inovasi, sebuah
perekonomian yang sangat mengandalkan pada pengetahuan, teknologi, gagasan-gagasan
kreatif, dan ide-ide terobosan dalam proses produksi, jenis produk, distribusi
produk. Ekonomi inovasi akan menawarkan kesempatan untuk menciptakan kemakmuran
terbesar dalam sejarah peradaban manusia di masa depan. Bisa dipastikan bahwa
negara-negara yang menguasai ekonomi global di masa depan adalah mereka-mereka
yang secara konsisten mengembangan ekonomi inovasi. Di Indonesia sendiri, kontribusi ekonomi
inovasi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional masih sangat
kecil, jauh berada di bawah negara-negara tetangga.
Ketiga, riset tentang pengembangan bio-teknologi dan bio-ekonomi,
yang merupakan salah satu turunan dari ekonomi inovasi. Riset tentang biomaterials atau bioproduct, bioenergy,
dan biomedicine perlu terus didorong
pengembangannya di masa depan. Di sejumlah negara maju misalnya, sejak beberapa
tahun terakhir telah dikembangkan secara intensif berbagai riset mengenai pengembangan
bio-teknologi dan bio-ekonomi. Riset semacam ini sangat penting bagi Indonesia,
mengingat Indonesia sangat kaya akan potensi sumberdaya alam.
Keempat, riset tentang pengembangan teknologi produksi massal.
Riset ini penting, karena fakta menunjukkan bahwa dalam puluhan tahun terakhir
kita menghadapi masalah serius: dimana produksi domestik tidak sanggup memenuhi
kebutuhan konsumsi domestik. Kondisi ini telah memberi dampak yang luas
terhadap perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat, seperti neraca
perdagangan, nilai tukar, inflasi, daya beli, dsb. Riset pengembangan teknologi
produksi massal, mulai dari masalah benih, komoditas pangan, hingga IT harus
menjadi salah satu prioritas di masa depan. Teramat sangat mengagetkan bahwa
Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, masih harus mengimpor
garam, meski kita semua paham bahwa masalah ini bukan semata-mata karena faktor
ekonomi atau karena ketiadaan riset tentang garam.
Terakhir, kelima, riset tentang
kebijakan yang terkait dengan pengembangan dunia usaha. Kita perlu terus
melakukan riset mengenai efektifitas berbagai kebijakan, seperti fiskal,
moneter, investasi, perdagangan, infrastruktur, dsb. terhadap perekonomian
Nasional. Riset kebijakan semacam ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa
seluruh desain kebijakan memang diarahkan untuk memberi dukungan terhadap
pengembangan dunia usaha dan peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat yang lebih
efisien, produktif, dan berdaya saing.